Amerika Serikat dan China saling melakukan tindakan tit-for-tat atau pembalasan pada sektor teknologi. Perang diperkirakan masih akan berlanjut dan menyulitkan industri teknologinya di masing-masing negara.
Persaingan Amerika Serikat dan China telah berimbas ke sektor teknologi. Kedua negara raksasa ini saling balas kebijakan yang dipastikan akan mempersulit pengembangan teknologinya masing-masing.
China mengumumkan pada awal Juli bahwa eksportir memerlukan persetujuan untuk mengirim produk galium dan germanium tertentu ke luar negeri mulai 1 Agustus untuk “menjaga keamanan dan kepentingan nasional”.
Keputusan itu merupakan langkah terbaru dalam persaingan geopolitik yang tegang antara Amerika Serikat dan China yang membuat kedua belah pihak memberlakukan tindakan tit-for-tat atau pembalasan pada semikonduktor dan sektor teknologi utama lainnya.
Sementara Washington telah memasukkan sejumlah perusahaan China ke dalam daftar hitam untuk mencabut akses mereka terhadap produk chip AS dan teknologi mutakhir lainnya yang dikatakan dapat digunakan untuk merusak keamanan nasionalnya.
Gallium dan germanium adalah senjata yang digunakan China sebagai salvo terbaru dalam perang chip yang semakin menegangkan ini. Media pemerintah China menggambarkan pembatasan ekspor logam langka ini sebagai ‘peringatan keras’ kepada AS.
Mengapa galium dan germanium penting?
Mengutip Aljazeera, gallium diproduksi saat memproses bauksit untuk membuat aluminium dan saat ini digunakan dalam berbagai macam aplikasi, mulai dari LED hingga adaptor ponsel yang lebih kecil. Gallium dalam bentuk murni dapat meleleh di tangan, tetapi lebih dicari sebagai senyawa.
Pembuat mobil haus akan apa pun yang meningkatkan efisiensi kendaraan listrik dan mengurangi bobot sehingga membantu mereka memangkas biaya. Gallium nitride melakukan keduanya dan jauh lebih murah daripada bahan semikonduktor lainnya seperti platinum atau paladium.
Sementara Germanium, logam putih keperakan, diperoleh sebagai produk sampingan dari produksi seng dan digunakan untuk membuat serat optik serta lensa kamera infra merah. China memproduksi 60 persen germanium dunia dan 80 persen galium, menurut Asosiasi Industri Eropa Critical Raw Material Alliance (CRMA).
Keduanya yakni galium dan germanium memiliki aplikasi yang signifikan dalam industri teknologi. Galium, terutama dalam bentuk galium arsenida, memiliki peran yang lebih menonjol dalam industri semikonduktor untuk perangkat frekuensi dan daya tinggi.
Pada tahun 2022, importir teratas produk galium China adalah Jepang, Jerman, dan Belanda, menurut data bea cukai. Pengimpor produk germanium teratas adalah Jepang, Prancis, Jerman, dan AS.
Bagaimana industri yang terkena dampak meresponsnya? Perusahaan yang mengandalkan mineral untuk semikonduktor dan kendaraan listrik berlomba untuk mengamankan pasokan karena kekhawatiran akan kekurangan meningkat.
Industri otomotif, khususnya, prihatin dengan perkembangan ini, mengingat baru saja mulai pulih dari kekurangan semikonduktor global dipicu pandemi yang memaksa pembuat mobil menghentikan produksi beberapa model dan, dalam beberapa kasus, membiarkan kendaraan yang belum selesai berdiri menunggu.
Industri pertahanan juga terkena dampaknya. Pentagon baru-baru ini mengumumkan telah mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan penambangan domestik dan pemrosesan germanium dan gallium. Selama ini AS tidak memiliki cadangan galium.
Arun Seraphin, direktur eksekutif Institut Teknologi Berkembang Asosiasi Industri Pertahanan Nasional, mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa meskipun kontraktor pertahanan utama seperti Lockheed Martin Corp mungkin tidak membeli galium dan germanium secara langsung, mereka kemungkinan membeli semikonduktor dari pemasok yang menggunakan galium dan germanium China.
Perang dagang terus meningkat
Dalam beberapa tahun terakhir, perang dagang telah meningkat antara AS dan China. Banyak perusahaan China tidak diizinkan untuk menjual atau mengekspor produk ke AS. Huawei, yang merupakan nama yang diperhitungkan dalam elektronik konsumen, telah dirugikan secara besar-besaran karena larangan AS.
Selain itu, AS telah mempertimbangkan larangan mengekspor chip, yang dibuat oleh Nvidia, yang sangat penting dalam melatih model bahasa untuk AI generatif. Perusahaan China telah bertaruh besar pada AI dan jika AS melarang, itu pasti akan berdampak pada mereka.
Oktober tahun lalu, pemerintahan Biden meluncurkan serangkaian kontrol ekspor yang melarang perusahaan China membeli chip canggih dan peralatan pembuat chip tanpa lisensi. Langkah baru ini sebagian ditujukan untuk chip Nvidia A800, yang dibuat oleh perusahaan yang berbasis di AS. China adalah pasar utama bagi Nvidia. Pendapatan dari Cina daratan dan Hong Kong menyumbang 22% dari pendapatan perusahaan tahun lalu, menurut laporan keuangannya.