Neutrino disebut ‘Partikel Hantu’ karena partikel kosmik kecil berenergi tinggi ini sangat mudah menguap dan hampir tidak memiliki massa.
Untuk pertama kalinya, para astronom telah menangkap potret galaksi Bima Sakti yang menunjukkan neutrino berenergi tinggi berasal dari dalam galaksi. Neutrino, umumnya dikenal sebagai ‘partikel hantu’ kosmik, telah terdeteksi oleh teleskop yang tertanam di es Antartika.
Perkembangan tersebut merupakan tonggak penting karena berpotensi membuka jendela penelitian baru. Menurut sebuah makalah yang diterbitkan dalam jurnal Science, para ilmuwan menggunakan Observatorium IceCube Neutrino di Stasiun Kutub Selatan Amundsen-Scott. Ini tertanam di dalam satu gigaton (1 miliar ton) es, yang menjadikannya detektor gigaton neutrino pertama yang pernah dibuat.
Neutrino mendapatkan namanya karena partikel kosmik kecil berenergi tinggi ini sangat mudah menguap dan hampir tidak memiliki massa. Mereka dapat melewati segala jenis materi atau lingkungan, seperti bintang, planet, dan seluruh galaksi, tanpa mengubah strukturnya.
Sementara neutrino berenergi tinggi diketahui berasal dari galaksi di luar Bima Sakti, para peneliti telah lama menduga bahwa galaksi kita sendiri menjadi sumbernya juga. Para astronom sebelumnya telah menangkap gambar galaksi kita melalui radiasi elektromagnetik dari cahaya tampak atau gelombang radio. Namun, alih-alih energi, perspektif baru galaksi kita ini didasarkan pada partikel materi.
“Saya ingat mengatakan, pada titik ini dalam sejarah manusia, kita adalah orang pertama yang melihat galaksi kita selain cahaya,” kata rekan penulis studi Naoko Kurahashi Neilson, yang merupakan profesor fisika di Universitas Drexel.
Tim peneliti fokus pada bidang Bima Sakti, yang merupakan wilayah padat galaksi yang terletak di sepanjang ekuator Bima Sakti. Para ilmuwan mempelajari data IceCube selama 10 tahun dan menganalisis 60.000 neutrino — 30 kali lebih banyak dari pemindaian neutrino sebelumnya.
Temuan menunjukkan bahwa neutrino yang baru ditemukan berasal dari galaksi kita, tetapi IceCube saat ini tidak cukup sensitif untuk menentukan sumbernya.