Korsel dipastikan akan mengatasi kekurangan tenaga kerja di sektor pekerjaan 3D (baca: tiga D), dirty (kotor), difficult (sulit), dan dangerous (berbahaya), dengan robot.
Ratusan sekolah di Seoul, ibu kota Korea Selatan, sekian lama menderita kekurangan pekerja kafetaria. Kantor Pendidikan Metropolitian Seoul mengatasinya dengan menghadirkan robot memasak untuk melayani kebutuhan makan siswa.
Pekerja kafetaria, terutama di bagian dapur, berbondong-bondong meninggalkan pekerjaannya dengan alasan kesehatan. Mereka kelelahan hebat dan mengeluhkan penyakit sendi dan otot yang disebabkan gerak kerja berulang.
Kantor Pendidikan Metropolitan Seoul kesulitan mengatasi situasi ini. Mencari tenaga kerja dari luar negeri dipastikan merepotkan. Selain butuh waktu mendidik tenaga kerja baru, upah dan biaya asuransi terus naik.
Dinas Pendidikan Seoul akhirnya menempuh cara revolusioner, yaitu dengan menggunakan robot sebagai pemasak di kafetaria sekolah. Baru-baru ini, Dinas Pendidikan Seoul menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan Korea Institute for Robot Industry Advancement sebagai penyedia robot pemasak di kafetaria.
Pihak lain yang dilibatkan dalam proyek ini adalah Korea Franchise Association, yang akan menyiapkan panduan memasak bagi para robot. Kelak, robot akan membuat sup, menggoreng, merebus, dan menyiapkan hidangan.
“Lingkungan kerja untuk pekerja sekolah akan ditingkatkan karena robot telah menggantikan pekerjaan fisik yang melelahkan,” kata Dinas Pendidikan Seoul.
Namun, robot tidak akan langsung digunakan secara massal di kafetaria sekolah. Dinas Pendidikan Seoul, Korean Franchise Association, dan Korean Institute for Robotic Industry Advancement akan menggelar uji coba jelang akhir tahun ini.
Yonhap, kantor berita Korsel, tidak memberitakan berapa lama uji coba akan dilakukan. Yang pasti, uji coba digelar sebelum akhir tahun ini, dan diharapkan tahun depan seluruh kantin sekolah memiliki robot.
Robot Pembersih Laut
Penggunaan robot, sebagi akibat kekurangan tenaga kerja, relatif menjadi sesuatu yang biasa di Korsel. Kementerian Kelautan dan Perikanan Korsel, misalnya, merevisi standar pengendalian pencemaran laut untuk membiarkan robot membersihkan polusi di wilayah pesisir demi menjaga lingkungan berkelanjutan.
International Federation of Robotics (IFR) memperkirakan ukuran pasar robot industri dan jasa akan melampaui 50 miliar dolar AS, atau Rp 749 triliun, tahun 2025 atau naik dari 30 miliar dolar (Rp 449 triliun) pada tahun 2021.
Robot bersertifikat pemerintah akan segera dapat mengirim makanan dan parsel menggunakan trotoar dan memasuki area publik, karena RUU yang memungkinkan itu terjadi disahkan Majelis Nasional, April lalu. Robot wajib diasuransikan karena kemungkinan dirusak atau merusak sangat besar.
Korsel mungkin sakan tidak tergantung pada tenaga kerja asing untuk sektor pekerjaan 3D (baca: tiga D), yaitu dirty (kotor), difficult (sulit) dan dangerous (berbahaya).